20200512

3 Berita Dan Pemikiran Menarik Terkait Corona

Pencinta Bulan Ramadlan PBR ::. 3 Berita Dan Pemikiran Menarik Terkait Corona
Corona memang sampai saat ini masih sangat menarik untuk dibahas, karena sebenarnya hal menariknya bukan ada pada corona sendiri, akan tetapi ada pada hukum atau kebijakan terkait corona yang masih ada pro kontra, ada kerancuan dan ada kejanggalan yang kadang bikin kita yang mempunyai akal sehat malah geleng geleng kepada, kadang malah mengernyitkan dahi lalu senyum senyum sendiri tidak mengerti apa sebenarnya sandiwara kehidupan ini.

anda mungkin masih bertanya, seperti apa gerangan hukum atau kebijakan tersebut?
oke, saya akan memberikan contoh disini.

Sekolah ditutup dan diliburkan, Namun orang luar negeri termasuk orang cina dengan leluasa keluar masuk negeri ini.

Coba sekarang kita cek, Corona itu adanya dari dalam negeri apa dari luar negeri?
Yang menularkan itu guru dan murid apa mereka para turis?
Ini peraturan benar dan sehat, apa salah dan gila?

Narapidana dibebaskan, orang yang melakukan aktifitas sosial dipenjara.
Ini benar apa gila?
Yang tidak waras ini yang mana?

Banyak contoh contoh fakta, kejadian nyata yang dialami kita yang sebenarnya tidak sejalan dengan akal sehat namun dimanipulasi agar seakan-akan "inilah kenyataannya".

Belum lagi jika membahas mengenai penutupan masjid.
Belum lagi jika membahas Perppu Corona
Belum lagi jika membahas konspirasi corona, dan masih banyak pembahasan yang lain.

Untuk sekedar kajian, mari simak 3 berita terkait corona yang saya arsipkan di bawah ini:

Berita Pertama:

Gugatan Amien Rais Cs Terhadap Perppu Corona Harus Didukung!
Gugatan permohonan pengujian Perppu 1/2020 yang diajukan kelompok masyarakat yang tergabung dari Koalisi Masyarakat Peduli Kedaulatan (KMPK) harus didukung rakyat Indonesia.

Perppu 1/2020 adalah tentang Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemik Covid-19.

Pakar politik dan hukum dari Universitas Nasional Jakarta, Saiful Anam mengatakan, secara konstitusi masyarakat memiliki hak untuk melakukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi (MK), termasuk menguji Perppu Covid-19.

“Menurut saya bagus para pemohon uji materi Perppu 1/2020 tersebut. Secara konstitusional masyarakat atau organisasi masyarakat memiliki hak untuk melakukan uji materi ke MK,” ucap Saiful, Jumat (17/4).

Objek pengujian Perppu Covid-19 sangat menarik, lantaran argumentasi yang dibangun oleh pemerintah tidak memiliki dasar konstitusional.

“Selain itu pula melalui perppu tersebut, pemerintah seakan ingin melegitimasi Covid-19 sebagai akar masalah dari kegagalan bangunan ekonomi Indonesia, sehingga seolah ingin lepas dan cuci tangan atas keseluruhan problem ekonomi yang selama ini telah dijalankan,” jelas Saiful.

Dengan demikian, Saiful berharap MK dapat responsif atas apa yang diresahkan masyarakat Indonesia yang diwakili tokoh yang tergabung dalam KMPK.

“Saya mengapresiasi uji materi ini, dan MK harus responsif terhadap argumentasi yang dibangun oleh pemohon,” tutupnya.

Kelompok masyarakat yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Peduli Kedaulatan (KMPK) telah mengajukan permohonan pengujian ke Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap ketentuan sejumlah pasal dalam Perppu 1/2020 Covid-19.

Permohonan tersebut telah resmi didaftarkan pada 15 April 2020. Puluhan pemohon judicial review Perppu 1/2020 berasal dari berbagai elemen masyarakat yang peduli terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang sesuai dengan amanat konstitusi.

Mereka antara lain adalah Prof. M. Din Syamsuddin, Prof. Sri Edi Swasono, Prof. M. Amien Rais, Marwan Batubara, M. Hatta Taliwang, KH. Agus Solachul Alam (Gus Aam), MS Kaban, Ahmad Redi, Abdullah Hehamahua, Adhie M. Massardi, Indra Wardhana, Darmayanto, Roosalina Berlian, dan sejumlah tokoh dan aktivis yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Adapun para advokat dan konsultan hukum yang berdasarkan surat kuasa khusus bertanggal 13 April 2020 akan bertindak untuk dan atas nama para pemohon antara lain adalah Prof. Syaiful Bakhri, Prof. Zainal Arifin Hoesein, Ibnu Sina Chandranegara, Ahmad Yani, Dwi Purti Cahyawati, Noor Asyari, Dewi Anggraini, dan lain-lain. (sta/rmol/pojoksatu)
https://sumeks.co/gugatan-amien-rais-cs-terhadap-perppu-corona-harus-didukung/

Berita Kedua:

Virus Corona dan Islam: Ulama Pakistan Tolak Tutup Masjid

Sementara para ulama Islam di Pakistan menolak untuk menutup masjid, Perdana Menteri Imran Khan terus meremehkan ancaman virus corona di negaranya. Mungkinkah ini menjadi “resep untuk bencana” di Pakistan?

Pekan lalu, Presiden Pakistan Arif Alvi bersama gubernur-gubernur provinsi mengadakan pertemuan dengan ulama Sunni dan Syiah untuk meyakinkan mereka agar menutup masjid di seluruh negeri. Himbauan itu muncul di tengah meningkatnya kasus COVID-19 di negara itu. Namun, para ulama menolak permintaan itu.

“Kita tidak bisa menutup masjid … Itu tidak mungkin kita lakukan dalam keadaan apa pun di negara Islam ini,” kata Muneeb-bur-Rehman, salah satu ulama yang menghadiri pertemuan itu, dikutip dari DW.

Penolakan para ulama untuk menghindari salat berjemaah di masjid telah menimbulkan keraguan tentang tekad Pakistan untuk memerangi pandemi. Di Pakistan, COVID-19 telah menjangkit hampir 2.000 orang dan telah menewaskan sedikitnya 25 orang.

Sebelumnya pada Maret, ketika kasus virus corona di Pakistan relatif lebih rendah, pemerintah federal mengizinkan peziarah Syiah kembali ke negara itu dari Iran melalui provinsi Baluchistan.Para peziarah itu tidak dikarantina dengan ketat, yang menyebabkan lonjakan infeksi.

Pemerintah juga mengizinkan ribuan jamaah Sunni untuk mengadakan pertemuan Jamaah Tabligh (Tablighi Jamaat) di provinsi Pubjab. Banyak kasus COVID-19 baru muncul dari pertemuan massal itu.

Para ahli kesehatan mengatakan, langkah-langkah pemerintah tidak cukup tegas. Mereka khawatir jumlah kasus virus corona di negara Asia Selatan itu dapat meningkat secara eksponensial dalam beberapa minggu mendatang.

Otoritas Pakistan terus menenangkan para Islamis, menurut para aktivis masyarakat sipil, bahkan ketika negara itu menghadapi krisis kesehatan masyarakat yang memburuk.

Banyak orang Pakistan menolak untuk salat di rumah mereka, menekankan agama lebih penting daripada yang lain.

“Saya salat Jumat di masjid. Lebih dari 300 orang hadir, seperti salat Jumat biasanya,” Muhammad Ashraf, pemilik kios di Islamabad, mengatakan kepada DW.

“Masjid adalah tempat yang aman. Saya tidak takut virus corona,” tegas Ashraf, menambahkan ia akan tetap menghadiri salat Jumat setiap minggu.

Banyak negara Islam telah menutup masjid dan melarang salat berjemaah setelah munculnya kasus virus corona. Arab Saudi bahkan menutup Masjidil Haram, situs paling suci di Islam, dan masjid-masjid lainnya demi membendung penyebaran COVID-19. Namun, bahkan contoh-contoh ini tidak membuat banyak orang Pakistan berubah pikiran.

“Pandemi menyebar karena dosa-dosa kita dan karena kita tidak mengikuti ajaran Islam,” tutur Ejaz Ashrafi, ulama senior dari partai Islamis Tehreek-i-Labaik (TLP), kepada DW.

Ashrafi memimpin salat Jumat di salah satu masjid di kota timur Lahore. “Orang-orang masih pergi ke pasar dan swalayan yang terus dibuka, namun negara hanya ingin menutup masjid. Kami akan terus salat di masjid,” katanya.

Fawad Chaudhary, menteri federal ilmu pengetahuan dan teknologi, menjelaskan kepada media virus corona menyebar di Pakistan “karena ketidaktahuan para ulama agama.” Pernyataan Chaudhary langsung menuai kecaman dari kelompok-kelompok Islam.

Kelompok HAM mengatakan pemerintah harus bertindak tegas terhadap ulama yang menentang perintahnya.

“Undang-undang dengan jelas menyatakan siapa pun yang dengan sengaja menyebarkan penyakit harus dipenjara atau didenda. Pemerintahan Perdana Menteri Imran Khan tampaknya sama sekali tidak berdaya,” tegas Osama Malik, ahli hukum yang berbasis di Islamabad, kepada DW.

Khan enggan berlakukan lockdown

Pada Senin (30/3), Perdana Menteri Khan mengumumkan negara itu tidak perlu memberlakukan lockdown sepenuhnya. Dia mengatakan pemerintahnya dapat menutup seluruh kota, tetapi ia memilih untuk tidak melakukannya. Dia beralasan, setidaknya 25 persen dari populasi negara itu akan mati kelaparan jika ia menutup kota.

Ketidaksukaan Khan sendiri terhadap lockdown telah membuat warganya berani meremehkan ancaman virus ke Pakistan, kata para ahli.

Pakar kesehatan menyatakan orang-orang yang tidak menganggap serius COVID-19 kurang tahu tentang penyakit ini.

Berbeda dengan “strategi Khan,” kepala menteri provinsi memilih untuk memberlakukan lockdown. CM Sindh Murad Ali Shah dari Pakistan People’s Party telah berhasil mengimplementasikannya untuk menahan penyebaran virus di provinsinya. Analis politik mengatakan, militer Pakistan telah membantu provinsi-provinsi memberlakukan lockdown sebagian.

“Lockdown adalah satu-satunya cara untuk menghentikan penyebaran virus. Kasus-kasus ini diperkirakan akan meningkat dalam beberapa minggu mendatang jika pertemuan keagamaan tidak dilarang di seluruh negeri. Para ulama harus memahami keseriusan situasi,” jelas Dr. Qaisar Sajjad, sekretaris jenderal Asosiasi Medis Pakistan, kepada DW.
https://www.matamatapolitik.com/virus-corona-dan-islam-ulama-pakistan-tolak-tutup-masjid-in-depth/

Gatot Nurmantyo: Salat di Masjid Dilarang, Lalu Gereja dan Vihara Aman dari Covid 19?

JAKARTA- Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo rupanya tak sepakat dengan larangan salat berjamaah di Masjid demi pencegahan penularan virus corona.

Gatot lantas membandingkan dengan rumah ibadah lainnya yang menurutnya tidak ada larangan. Dia menilai, seakan-akan Masjid sebagai tempat menularan virus corona sementara yang lain aman.

“Seakan-akan Masjid sebagai Sumber Penularan Covid-19?. Lalu apakah mall, lift sarana umum, gereja, vihara, temple, klenteng lebih aman daripada Masjid,” tulis Gatot Nurmantyo melalui akun instagram miliknya, Rabu (18/3).

Dia menilai, larangan itu seperti phobia Masjid. Padahal Indonesia adalah negara mayoritas muslim. “Mereka beramai-ramai Mengaungkan phobia dengan Masjid.” Ujar Gatot.

“Mengapa Umat Islam tidak Menggaungkan Himbauan “Selalu” menjaga Wudhu & Sholat Berjama’ah..?? Wa Allahu’alam bii showab.. Semoga Allah SWT Menjaga dan Memberi Petunjuk Umat dari Segala Kekeliruan.” Ujar Gatot.

Sebelumnya, Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur ahid mengatakan, larangan salat di Masjid bukan merupakan bentuk phobia Masjid seperti disebut Gatot. Hidayat juga menyinggung Rima dan Vatikan.

“Pak Gatot, bahkan Vatikan juga tutup Gereja-gereja di Roma, Betlehem ditutup juga.” Tulis Hidayat Nur Wahid menanggapi Gatot Nurmantyo melalui akun twitternya, Rabu (18/3).

“Jadi itu bukan untuk phobia terhadap Masjid. Dan bukan hanya di Indonesia,di Saudi Arabia, Mesir, Turki, Malaysia juga. Tapi itu hanya selama darurat korona. Pak, Agama ajarkan cegah yang berbahaya&meGatotmbahayakan.” katanya. (dal/fin)
https://sumeks.co/gatot-nurmantyo-salat-di-masjid-dilarang-lalu-gereja-dan-vihara-aman-dari-covid-19/

Berita Ketiga:

Teori-Teori Konspirasi di Balik Keberadaan Virus Corona

Bisnis.com, JAKARTA -Ini adalah sebuah teori tak berdasar mengenai virus Corona (Covid-19). Setidaknya, teori-teori tersebut dibuat hanya berdasarkan perkiraan tanpa melalui riset ilmiah. Ada kata lain yang pas dalam bahasa Indonesia tak baku untuk menggambarkan fenomena ini: cocoklogi.

Selain itu, ada alasan lain, selain tak melalui riset ilmiah, mengapa teori-teori konspirasi soal virus Corona tersebut dikatakan tak berdasar. Yakni, tak ada satu pun media arus utama dunia yang mengangkat teori-teori ini dalam artikel mereka. Bahkan, beberapa media arus utama justru meluruskan teori-teori tak berdasar itu. Dan, berikut adalah teori-teori konsporasi itu.

1. Virus Corona Buatan Israel-Amerika

Nama Philip Giraldi tetiba menjadi buah bibir belakangan ini. Musababnya, mantan perwira intelijen militer dari Badan Intelijen Pusat Amerika (CIA) tersebut membuat sebuah teori soal muasal virus corona.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Strategic Culture Foundation, Geraldi mengatakan bahwa virus tersebut bukan muncul dari proses alami. Melainkan produk labolatorium yang diprakarsai oleh Amerika dan Israel.

“Ada spekulasi yang signifikan bahwa virus Corona tidak terjadi secara alami melalui mutase, melainkan diproduksi di labolatorium. Mungkin ini sebagai agen perang biologis,” ucap Giraldi, seperti yang dikutip dari Menafn.com, sebuah situs yang terdengar (sangat) asing.

Giraldi mengatakan bahwa cukup sulit memang untuk percaya teori tersebut. Namun, ia menambahkan, toh pemerintah AS pernah melakukan hal serupa pada September 2005—dia menuliskan 2005-9.

“Secara diam-diam mengembangkan virus komputer yang disebut Stuxnet, yang dimaksudkan untuk merusak sistem kontrol dan pengoperasian komputer Iran yang digunakan dalam program penelitian nuklir negara itu,” tulis Giraldi.

Lalu, di mana hubungannya dengan Israel? Menurut Giraldi, akhir-akhir ini para ilmuwan di Galilee Research Institute Israel mengklaim bahwa mereka memiliki vaksin virus corona. Dalam beberapa minggu ke depan, siap untuk didistribusikan dan digunakan dalam waktu 90 hari.

“Lembaga ini mengklaim telah terlibat dalam empat tahun penelitian tentang pengembangan virus Corona yang didanai oleh Kementerian Sains & Teknologi dan Pertanian Israel,” ucapnya. Cocologi, bukan? Silahkan Anda yang menilai.
2. Epidemi Bukan dari China

Pernyataan ini pertama kali dikeluarkan oleh Zhong Nanshan, ahli pulmonology—cabang ilmu kedokteran yang menangani gangguan kesehatan pada pernafasan. “Virus corona pertama kali muncul di China, tetapi mungkin bukan berasal dari China,” katanya, dikutip dari mediaNational Review.

Pernyataan itu semakin “menggila” kala Duta Besar China untuk Afrika Selatan menulis di akun Twitter-nya dengan warna yang hampir serupa dengan ucapan Zhong.

“Meskipun epidemi pertama di China, itu tidak berarti bahwa virus tersebut berasal dari China apalagi dikatakan buatan China,” ucap Duta Besar tersebut.

Atas pernyataan tersebut, National Review mewawancarai sejumlah pihak untuk meminta komentarnya. Dan, ujung-ujungnya, semua ucapan orang-orang China tadi hanya untuk mengalihkan isu.

“Ini lebih dari sekadar informasi yang salah,” kata Xiao Qiang, asisten profesor di Berkeley’s School of Information, California University. “Ini kampanye terencana, habis-habisan oleh Pemerintah China melalui setiap saluran di tingkat yang jarang Anda lihat. Ini serangan balik.”

Seperti yang diketahui banyak orang, China memang memiliki saluran komunikasi, seperti media social, sendiri di negara mereka. Contohnya, Weibo atau WeChat.

Sedangkan Dali Yang, Profesor ilmu politik dari Chicago University mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Zhong atau Dubes China di Afsel adalah semacam pengalihan isu terhadap ketidakmampuan mereka menanggulangi hal ini.
3. Cara Amerika dan Inggris Meraih Uang dari Vaksin

Ini adalah teori konspirasi lain soal virus corona. Menurut penganggas teori ini, Amerika dan Inggris memiliki rencana komersial dari bencana virus corona. Benar atau tidak?

Yang pasti, hingga saat ini, media sebesar BBC pun, masih menanyakan rencana pemerintah Inggris untuk menghadapi kejadian luar biasa ini.

“Virus Corona: Bagaimana Rencana Pemerintah Inggris Menghadapi Peristiwa ini?” Begitu kira-kira judul berita BBC pada Senin (9/3/2020) kemarin.
Mengapa Teori Konspirasi Begitu Cepat Tersebar?

Pertanyaan tersebut bakal kerap didengungkan untuk menanyakan mengapa teori konspirasi begitu cepat tersebar di masyarakat. Dan, ada banyak jawaban untuk hal itu. Salah satunya yang diungkapkan oleh The Next Web (TNW), satu situs asal Belanda.

Menurut penelitian, tulis TNW, menunjukkan teori konspirasi memiliki kecenderungan muncul di saat terjadi krisis di tengah masyarakat—seperti serangan teroris, perubahan politik, atau krisis ekonomi.

Teori konspirasi berkembang dalam periode ketidakpastian dan ancaman, di mana banyak orang yang sulit mencari kebenaran.

Jejak Pendapat YouGov 2019 menemukan fakta tersebut. Yakni 16 persen responden di Spanyol percaya bahwa HIV diciptakan dan disebarkan ke seluruh dunia dengan sengaja oleh kelompok atau organisasi rahasia.

Dan 27 persen responden Perancis dan 12 persen responden Inggris yakin bahwa "kebenaran tentang efek berbahaya vaksin sengaja disembunyikan dari publik".

Untuk mengatasi hal itu, menurut TNW, seharusnya masyarakat berpegangan pada pernyataan orang yang ahli di bidangnya.

Coba kita cerna berita berita atau tulisan tulisan di atas atau semisal di atas!
Jika kita mencerna dan mencoba berpikir luas, akan banyak muncul dalam benak kita pertanyaan pertanyaan yang sebenar sangat ingin kita ketahui, namun kita sering merasa cukup dan menganggap tidak ada apa apa, tak menghiraukan dengan keadaan yang sebenarnya membutuhkan tindakan nyata dan tindakan tegas yang sejalan dengan akal sehat.

Saya sebenarnya ingin sekali mengulas membahas dengan detail artikel di atas, mulai dari kebijakan pemerintah yang istilahnya macam macam, dan termasuk penutupan masjid, sampai kepada hal konspirasi, karena khusus mengenai konspirasi menurut saya malah yang membantah teori konspirasi yang sebenarnya tidak ada landasannya, mereka hanya menolak dan mencarikan contoh hal hal yang sebenarnya hanyalah isu yang tersiar di khalayak saja.

Konspirasi adalah persekongkolan, jadi bahkan sangat mungkin mereka yang getol menulis penolakan teori konspirasi adalah bagian kelompok konspirasi itu sendiri, namun mereka sok menjadi rakyat biasa yang berkedok mencerahkan khalayak dari hal hal penyesatan atas nama konspirasi.

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Posting Baru Posting Lama ►